Hello semua pembaca Rumah Seks.
Ini untuk pertama kalinya aku
menuliskan pengalaman pribadiku
berhubungan seks dengan seorang
gadis, jadi maaf yah kalau bahasanya
agak kacau. Panggil saja aku Rot, dan teman 'mainku' adalah si Inna,
yang ternyata jauh lebih
berpengalaman. Perkenalanku
dengan Inna bukan melalui sesuatu
perkenalan yang wajar melainkan
lewat chatting. Yah, sepertinya sudah biasa tapi inilah yang kualami. Aku
saat ini masih kuliah di sebuah PTN di
Bali dan Inna kuliah di sebuah PTS di
bilangan Pondok Labu Jakarta. Lewat chatt dan email, kami saling
mengenal kemudian berlanjut
telepon-teleponan. Awalnya dia
yang telepon, bukan aku karena
bagaimanapun aku anak kost yang
tidak begitu mampu menghabiskan uang untuk sekedar telepon.
Belakangan aku tahu, si Inna bisa
sering meneleponku karena dia
bekerja juga di wartel yang
memungkinkan untuk itu. Kemudian
begitu sering kami kontak lewat telepon itu tak terasa keakraban
muncul diantara kami. Salah satu syarat menyelesaikan studi
di kampusku, aku harus menempuh
apa yang namanya study comparasi
atau study perbandingan ke
berbagai universitas lain. Salah satu
tempat fakultas kami mengadakan SC adalah beberapa perguruan
tinggi yang ada di Jakarta. Klop
rasanya karena aku akan punya
kesempatan bertemu dengan si Inna. Beberapa hari di Jakarta, aku
bersama rombongan mwngunjungi
berbagai universitas yanga ada di
Jakarta. Sebenarnya sih kalau dipikir
nggak jauh beda, tapi namanya
kurikulum kadang merepotkan. Dan tak lupa agendaku mampir ke tempat
Inna itu kupergunakan pada hari
terakhir kunjunganku karena kami
diberi kebebasan untuk
menghabiskan waktu luang itu.
Kesan pertamaku, anaknya manis, walau agak gemuk. Bersamanya,
kami keliling ke berbagai tempat di
Jakarta yang menarik dikunjungi
seperti Senayan dan tempat lainnya.
Memang sih, sudah biasa karena di
Bali pun tempat hiburan tak kurang hebohnya dibanding di Jakarta. Malam itu, yang kebetulan malam
minggu. Inna mengajakku ke
Senayan sekadar untuk melepas
kepenatan. Setelah capek keliling-
keliling, kami putuskan untuk
istirahat sambil berbincang hal-hal yang kami sebelumnya telah
bicarakan di chatting. Tak terasa
waktu bergerak demikian cepat dan
malam telah begitu larut. Aku merasa
tidak enak karena bagaimanapun si
Inna harus pulang kemalaman dan aku tak tahu bagaimana
mengantarnya, wong ke Jakarta saja
baru sekali ini kok. Tapi tampaknya
si Inna santai saja dan perbincangan
kami sampai pada hal-hal yang
sensual, dan sebuah pengakuannya kemudian membuatku sedikit
terkejut dan tersenyum-senyum
sendiri. Ketika kutanya
keperawanannya, dengan santai dia
menjawab tidak. Ternyata dia sudah
tidak perawan lagi dan hilangnya justru karena rasa ingin taunya soal
seks. Waduh, bego banget aku
rasanya. Sampai seumurku begini
jangankan berhubungan seks,
pacaran saja nggak jelas
arahnya.Agak grogi rasanya, karena kemudian kuminta kepadanya untuk
melayaniku. Dengan kata lain
mengajaknya bercinta. He.. he.. he..
dasar bego, aku nggak ngerti
bagaimana memulainya dan itu
membuatnya tertawa. "Kamu emang nggak pengalaman
yah," katanya sambil ketawa
menggodaku.
"Kok bisa sich, umurmu sudah 24,
masa yang begituan nggak pernah?"
tambahnya seperti menyindirku. "Ya, aku emang nggak pengalaman."
Sampai lama jawaban iya itu tidak
muncul darinya sampai akhirnya dia
bilang, "Rott.. jangan sekarang deh.
Aku nggak mood nich. Nanti deh
semingu lagi aku mau refresing ke Bali. Di sana aja yah kita begituan.."
katanya lembut. "Dan aku mau kita
melakukannya di tepi pantai yang
indah di Bali sana. Kamu pasti tahu
tempat yang menarik kan?"
tambahnya. Dan malam itu kami tidak melakukan apapun, kecuali
pada akhirnya aku memberanikan
diri menciumnya di satu tempat yang
agak sepi. Malam itu kemudian
berlalu dengan tanpa terasa, tapi di
kepalaku sudah dipenuhi wajah si Inna dan bagaimana memainkan
seks, seks dan seks. Sampai berhari-hari, setelah aku
kembali ke Bali pikiranku masih
uring-uringan, karena merasa bodoh
dan bego. Masa anak cewek aja
berani begitu aku nggak. Sebagai
pelarian, berkali-kali aku ke kamar mandi. Bukannya mandi atau boker,
tapi Onani. Hi.. hi.. hi., kubayangkan
sedang bercinta dengan Inna dan
mencoba berbagai gaya yang
pernah kutonton di VCD Porno.
Hampir setiap hari kubayangkan tubuhnya itu. Tinggi 160 cm, agak
gemuk walau tidak gemuk-gemuk
banget, dengan ukuran BH yang
(kata dia) berukuran 36B. Montok
Banget. Sampai satu ketika telepon di kost-
ku berdering dan itu ternyata dari si
Inna yang mengabarkan akan
datang ke Bali. Ohh bahagianya
aku.. bahwa hasratku akan
kesampaian. Keesokan harinya ia datang dengan senyum manisnya
itu. Kemudian aku bersamanya
mencari hotel yang agak murah di
Daerah Diponegoro Denpasar.
Disana kami masih ngobrol
mengenang obrolan yang dulu-dulu di Jakarta sampai kubilang tentang
ajakannya dulu ke pantai. Ia hanya
senyum dan mengangguk. "Horree..
kesampaian juga nih," pikirku. Dan
selama di sana kami kemana-mana
selalu berdua, makan, dan juga jalan-jalan. Malam itu kami memenuhi janji yang
kami ucapkan dulu, kami ke pantai
Seminyak yang memang kalau
malam sepi sekali. Kami jalan-jalan,
menyusuri pantai itu dengan
bergandengan tangan dan berpelukan rapat. Tiba di satu lokasi
yang landai ia mengajakku berhenti
dan menyuruhku diam di sana. Aku
hanya menurut apa maunya, dan ia
berjalan ke arah tepi pantai dan di
pantai itu, ia berdiri dan perlahan- lahan melepas bajunya yang ketat,
ini memang hasratnya yang ingin
flying naked on the beach ia menarik
tanganku perlahan dan
mendekapku. Aku jadi merasa bego,
karena aku rasanya diajari olehnya. Aku melumat bibirnya perlahan dan
melumatnya. Perlahan tanganku pun
beraksi meremas buah dadanya.
Hmm, kenyal banget.. dan tanpa
sadar pakaianku diperetelinya satu
persatu. Alamak, kami berdua bugil di pantai Seminyak yang sepi itu. Dia
memainkan tangannya di
kemaluanku, rasanya enak banget,
ia meremas-remas, mengocok-
ngocoknya dan menuntunnya ke
liang senggamanya. Huah.. enak banget rasanya. Kepala kemaluanku
masuk perlahan-lahan dan penuh.
Inna senyum-senyum saja ketika
aku perlahan memainkan batang
kejantananku di dalam liang
senggamanya tapi tiba-tiba aku ingin keluar, payah baru juga nempel dan
aku ejakulasi dini di sana. Aku agak malu, tapi gimana lagi, itu
yang pertama buatku. Inna
bukannya marah, malah tersenyum,
"Payah loe Rot, jauh-jauh ke sini
masa elu lemes gini," katanya. Aku
cuek aja. Kami masih terlentang bugil di pantai itu. Dibilang begitu, darah
lelakiku mendidih. Enak aja kupikir,
akan kubuktikan aku mampu.
Perlahan kembali aku meremas
dadanya, memuntirnya perlahan dan
mulutku mendekati mulutnya. Kami berciuman lembut, sampai kemudian
berubah jadi beringas. Inna kembali
memainkan kejantananku, pelan-
pelan dan aku (yang masih bego ini)
mengecup dan melumat semua buah
dadanya, kiri kanan bergantian, sampai akhirnya mengeras kembali,
tanganku yang tadinya pasif kini
perlahan mulai bergerak liar, aku
meraba liang kewanitaannya yang
ditumbuhi bulu yang lebat itu.
Kemaluanku kembali dilumatnya dan kini semakin mengeras. Posisi kami
secara alamiah berganti ala 69. Aku
melumat liang senggamanya dan ia
mengisap kejantananku dengan
kerasnya. Aku bisa begini karena
keseringan nonton BF. He..he..he.. sampai aku benar-benar tidak tahan
ingin segera memasukkan
kejantananku ke liang
senggamanya. "Inn.." bisikku padanya, "Aku
masukin yah," dan Inna dengan
santai membuka lebar pahanya
hingga dengan mudahnya aku
memasukkan kejantananku ke liang
senggamanya. Ini kedua kalinya aku memasukkan kejantananku ke liang
senggama perempuan, ke
kewanitaan Inna. "Inn, kita terusin sampai pagi yah,"
pintaku.
Inna tidak menyahut, hanya
mendesis, "Aahh.. ohh.." Mana
suaranya keras lagi. "Wow.. Inna
merubah posisi, dia minta di atas. Dan ia mulai berada di atasku dan
aku meremas-remas buah dadanya
yang mengeras. "Oh yes Rott!" Otot
kewanitaannya tegang dan kendor.
"Anak ini pintar mengatur ototnya,"
pikirku. Dengan santainya ia naik- turun di atas perutku sambil sesekali
memuntir-muntir pinggulnya. "Waa..
enak banget, rasanya seperti diurut-
urut dengan kekuatan yang lembut
dan nikmaatt.." Lama sekali sampai
akhirnya gerakannya mulai tak teratur, ia tersengal-sengal. Dan aku
pun tidak bergerak banyak. Hanya
diam, dan sedikit menggoyang-
goyangkan pinggulnya, tanganku
terus merabanya. Sampai tak terasa
kemudian aku merasa ada getaran hebat, memburu ke ujung
kemaluanku. Aku yakin aku
sebentar lagi mulai klimaks. "Ahh..
enak banget rasanya, licin dan
memeknya berdenyut-denyut."
Kembali aku minta merubah posisi, walau rasanya sudah di ubun-ubun,
kupaksakan terus, aku kembali di
atas dan aku bergerak naik-turun,
menekan kejantananku dalam-
dalam. Inna yang sejak tadi senyum-
senyum kini berubah mengerang dan mendesah, "Aahh.. ohh.. enak
banget," kukeluar-masukkan
kejantananku dengan leluasa. Dan
kali ini aku kuat! itu yang penting.
Sampai setengah jam kami bercinta,
dan melawan udara dingin pantai yang menembus tulang. Akhirnya
aku benar-benar lemas, tidak bisa
ditahan lagi, "Inn.. aku mau
keluarr.." teriakku dan bersamaan
kami mencapai puncaknya. "Ohh
puass rasanya.." dan Inna tersenyum manis, "Rot, loe kuat juga yahh..
hehehe.. ampe hampir kalah gue.." Malam itu kami akhiri dengan
bercinta lagi, dan menjelang subuh
kami kembali ke hotel. Oh, ternyata
benar-benar nikmat bercinta dengan
wanita, hingga kini aku sulit untuk
melupakan kenikmatan saat aku bercinta dengan Inna. TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar